Indahnya Berwisata
Merangkai kisah lucu rasanya lebih enak dengan berbagai macam kejadian, karena hanya dengan satu cerita saja rasanya ga seru :) Jadi saya putuskan untuk sekedar bercerita kisah-kisah lucu selama saya melakukan perjalanan keluar dari Jakarta.
Kalo soal makanan, saya sering banget ngalamin hal lucu (malah terkadang aneh) bersama suami. Tahun 2004 ketika lagi melancong ke bukit tinggi, saya sudah mengincar yang namanya dendeng nikmat Uni Lis yang udah terkenal kegaringannya dan lazis banget. Sampe ditempat sasaran, saya langsung terpesona dengan tempat susunan makanan yang tak biasa untuk ukuran resto Padang, karena lauk pauk yang disediakan disusun pada bangku yang udah ditata seperti tangga, dan sang penyaji berdiri menjulang dibalik dagangannya tersebut, lalu dengan terampil meletakan makanan pesanan kami dengan centong ajaibnya itu, maksud saya ajaib karena tangkainya panjang banget jadi bisa menjangkau lauk dianak tangga terbawah, dan sangat membantu saya saat menambah dendeng karena saya cukup mengulurkan piring ke arahnya yang berjarak 1,5 meter dari saya...hhmmm ..praktis dan rada ga sopan :).
Lain lagi pas melakukan trip ke Jogja, saya yang pecinta yangko ga akan melewatkan makanan satu ini buat disantap. Namun, entahlah tradisi sejak kapan, yang namanya oleh-oleh bakpia adalah seperti wajib dibeli di kota ini. Jadilah saya dan suami sambil terlebih dahulu keliling-keliling kota Jogja dengan mengendarai beca yang (aduh murahnya jadi ga tega) hanya 20 ribu sak karep mu mau kemana asal jangan ke Borobudur aja, menargetkan untuk membeli bakpia patuk 25 yang katanya paling endang bambang gurindang, sumber info dari teman yang asli Jogja, mengingat betapa banyaknya angka-angka spesial yang menghiasi kotak bakpia di kota gudek ini (bukan kota bakpia loh). Setelah puas ngider, saya mengkomando si abang beca untuk mengantarkan kami ke bakpia 25, seperti yang mungkin sudah banyak orang tau, abang-abang beca di Jogja ini akan mendapat tips dari toko yang bekerja sama dengan mereka, nah, si abang rada ngotot supaya kita beli bakpia 75, bole aja siy, tapi bole juga donk buat kita yang mau milih bakpia patuk 25, negara demokrasi gt loh...Akhirnya setelah berdebat kecil-kecilan dengan si abang beca, kami pun diantar oleh si abang beca dengan gerutuannya dalam bahasa jawa yang alhamdulillah kami ga ngerti jadi ga sakit hati dengernya. Sampe di tempat tujuan si abang beca ternyata belum nyerah dengan 'bargain'nya itu, dengan wajah memelas dia bilang gini," thujhuh limo ama dhuo limo apa bedha nya toh, wong bhakphia isine kacang ijho jugha..." Spontan saya dan suami saling pandang sambil nahan ketawa mendengar ucapan si abang yang menurut kami waktu itu luar biasa menggelikan. Oke de pak, abis ini, kita beli deh bakpia 75 nya, biar klop jadi 100 :).
Lain lagi ketika jalan ke Singapore, karena saya dan suami sangat concern dengan makanan halal, jadilah kisah ini yang membuat saya gak bakal pernah melupakannya. Bayangkan, 2 hari di Singapore saya dan suami hanya makanan dodol made in garut yang untungnya manis banget sehingga mencukupi kebutuhan glukosa kami. Gara-garanya ya takut ke icip makanan ga halal (belakangan kami baru tau kalo sertifikasi halal di Singapore itu lebih manteb daripada di Indonesia, ini kata temenku yang tinggal di Singapore loh). Sarapan di hotel pun kami ga berani, kami cuma minum juz buahnya aja. Kami sengaja memilih hotel di sekitar Orchard road karena ini tempat yang terlanjur ngetop sampe kami latah milih nginep disekitar sini. Alhasil, kami mondar-mandir sepanjang orchard dengan melewatkan MC.D, KFC sambil menatap orang-orang yang makan dengan nikmatnya, karena terus-terang kami meragukan kehalalnya, ga ada logo halal terpajang. Tapi sejujurnya kami ga begitu mempermasalahkan kondisi kami yang belum ketemu nasi, mungkin karena kami masih penganten baru jadi masih kenyang perasaan ehhehe...Namun, menginjak hari ketiga, kami agak bingung, masa siy ga ada rumah makan padang di sekitar sini ? Sikap apatis kami yang males nanya dan serasa dunia hanya milik berdua pun terusik, 'ayo mas, kita harus makan nasi hari ini' desakku pada suami. Setelah tanya sana-sini, entah kenapa yang ditanya kok tidak ada satupun yang bisa memberikan info yang memenuhi keinginan kami. Kami beristirahat di Masjid yang masih di Orchard sekalian suami ku menunaikan kewajiban sholat Jum'atnya dengan perut kukuruyuk. Di masjid itu aku sempat ngobrol dengan jamah wanita sambil menanyakan tempat makan yang halal di sekitar sini, dan alhmadulillah terjawab sudah pertanyaan kami. Tak sabar ketemu suami buat nyampein kabar baik ini, aku sengaja berdiri disamping pintu keluar jamaah pria, biarin deh, laper boo...Tak lama suamiku muncul dengan senyum lebar sambil menyambar sendalnya dia ilang 'kita makan hari ini' lalu serentak kami berdua mengucapkan kata-kata yang sama persis 'Lucky Plaza!'. Yah, inilah tempatnya, padahal kami sudah kesini tapi waktu itu dalam rangka cari mini parfum, ternyata makanan yang kami dambakan itu ada di lantai 4 gedung ini. Baru kali ini rasanya aku deg-degkan mau ketemu nasi, dan setibanya di lantai 4..wuih, ruame nya......langsung menuju counter Uni Mera, RM Padang, syuuh....tanpa kusadari, nasi yang membumbung tinggi berhias telur sambal, dendeng, daun singkong so pasti ples sambel ijo, dan ayam goriang berpindah tanpa sisa ke perutku....hhmmm...suamiku memandang nelangsa, takjub dengan prestasi terbaruku, yeah begitulah, kalo ga kan kami nyaris bagaikan tikus mati di lumbung padi :)
Kalau sudah doyan memang susah buat ditahan-tahan. Kejadian ini sewakti trip ke KL, demi penghematan kami memilih menginap di daerah China Town yang terkenal murce itu, secara kami juga berencana untuk labih banyak diluar daripada di hotel. Suasana di China Town itu benar-benar hidup di malam hari, mungkin karena lampion-lampionnya yang melambai lembut sambut-menyambut antara gedung yang merupakan bangunan tua ruko-ruko yang mirip di sekitar stasiun kota Jakarta. Terus terang saya agak risau saat melihat kondisi lingkungan tempat kami menginap ini karena menurut saya kurang sesuai dengan promo yang dibeberkan sales (ya iyala..), tapi ya sutralah, KL kan cukup no crime katanya, dan benar juga siy, orang-orang disekitar situ ramah-ramah dan langsung mengenali kami yang turis Indonesia padahal baru 2 hari mondar-mandir disekitar situ. Saya pun mulai feel comfort lah, mulai mau keluar malem-malem sampe larut, karena di sekitar sini makin malem makin murah aja dagangannya boo..Puas beli hana hene buat oleh-oleh, mataku terpukau pada tumpukan rambutan yang hhmm...seger nyaaaa...waktu sudah dini hari, suami udah ngantuk, saya juga siy tapi tetap berhasrat untuk belanja, well, this rambutans akhirnya menutup acara hari ini, dengan sedikit acara tawar-menawar, penjual rambutan itu mengangguk sambil berkali-kali meraup dagangannya untuk dimasukkan kedalam kresek hitam, dengan senyum puas kutukar 5 ringgitku dengan sekantung rambutan segar tersebut. Saya sengaja menahan diri untuk tidak makan di situ tapi di kamar hotel saja dan saya juga ga mau makan sambil berdiri apalagi sambil berjalan. Sampai di kamar dengan tak sabar kubuka kresek tersebut siap untuk menyantap mereka semua. Namun, saya dan suami hanya tersenyum lemah dalam kantuk saat menyantap rambutan demi rambutan yang total jendral ternyata hanya berisi 6 buah rambutan dengan rambut-rambut yang lebat dan panjang...ooh...rambutan termahal yang pernah kumakan :/
Belum pernah makan kebab seumur hidup karena menurut saya makanan ini agak...cukup saya aja ya yang memikirkannya hehe.. , entahlah, sisi keprihewanan saya terusik dengan gaya menggantung daging kebab tersebut, belum lagi melihat sayatan-sayatannya hiiy...Tapi, selalu ada keajaiban di negeri orang, seperti halnya kebab ini, secara ga sengaja suami beli kebab yang ada di seberang hotel kami saat berada di Madinah. Suami tau banget aku ga doyan kebab, jadi dia pun rela menemani saya membeli KFC sebagai cemal-cemil kami hari itu. Setelah itu kami membuka cemal-cemil kami di kamar hotel dan menyantapnya sambil berstory ria. Kulihat suamiku seperti sangat menikmati kebabnya yang hanya seharga 2 real itu. Saking menggiurkannya, entah darimana rasa itu datang, spontan saya berharap 'icip dong mas!'. Suami rada kaget tapi langsung menyerahkan kebabnya yang tinggal sekali telan itu. Dan subhanallah...enak banget !!! Padahal saya belum pernah makan kebab dan baru aja makan ayam goreng ples kentang yang zumbo itchu...Kupikir karena saya masih lapar, kuminta suami supaya membeli kebab itu lagi, 'hayo, siapa takut!' girang suamiku melesat turun ke lantai dasar, menyeberang dan get the kebab ! Ya Allah, bener-bener enak niy kebab, gede dan murraah !! Kayak ga baca bismillah aja, berselang 15 menit kalap saya turun ke bawah untuk membeli kebab yang enak itu..hhmmm..yam ow... Besoknya, saya yang sudah berbaikan dengan kebab, membeli setiap kebab yang saya jumpai untuk dijadikan cemal-cemil di hotel. Sayangnya, kebab yang kami beli ini ternyata tidak seenak kebab pertamaku. Untung suami adalah omnivora sejati yang rela menghabiskan kebab yang (maaf) menurutku kurang enak itu. Sampai terlontar pula pernyataan ga sopan dariku yang mengira kebab enak itu mengandung lemak babi. Huss ! Pelotot suamiku ga terima kalau benda haram masuk ke Madinah. Maafkan kelancanganku. Hari ini terakhir di Madinah sebelum menuju Makkah, kami berpamitan dengan Baginda Rasulullah dan tentu tidak lupa membeli kebab delicious itu sebagai bekal diperjalanan. Kebetulan suami ada keperluan sedikit di lobi jadilah saya yang membeli kebab tersebut, tergelitik untuk menambah kenikmatan, saya membeli 2 cup kecil ice cream movenpick yang lazis itu. Beres dengan jajanan, tergesa-gesa saya menyeberang menuju hotel sampai hampir saja tertabrak mobil (mewah) angkutan umum. Ku dengar kata-kata yang sedikit kumengerti terlontar dari orang-orang yang menyaksikan kejadian itu. Tapi tubuh kecil mungilku melangkah ringan kearah suamiku seperti tak terjadi apa-apa disambut senyum suamiku yang penuh arti. Penasaran kutanya kenapa kok dia malah senyum-senyum bukannya khawatir. Dan suamiku langsung tertawa sambil menjelaskan bahwa tadi pas kejadian ada orang arab dalam bahasanya yang bilang, 'Seharusnya orangtuanya jangan membiarkan anak itu menyeberang jalan sendiri !” :p
Tribute to antologi kisah lucu @ 2009
Labels: antologi -2
0 Comments:
Post a Comment
<< Home