Saturday, December 27, 2008

Me and Abroad

Liburan kali ini menuju Saigon alias Ho Chi Minh City alias Mutiara dari Timur Jauh. Kami memilih maskapai penerbangan Garuda Indonesia, tapi mampir ke Kuala Lumpur dulu, secara mau menyambangi Petronas sebentar (ngapaiiiiiin) Dan dari KL baru deh kami lanjut ke Saigon, penerbangan KL – Saigon ini cukup banyak, setiap hari ada 2 kali penerbangan (jadwal nya hunting sendiri ya) tapi kalau mau  naik Garuda Indonesia  Jakarta-Singapura- Saigon juga tersedia kok 7 kali seminggu.

Sebelum landing tampak perumahan dan gedung-gedung di Saigon terlihat dari atas seperti terserak, rapat dan berantakan, ternyata Saigon itu padat ya...

Mendarat di airport Tan Son Nhat kira-kira pukul 3 sore, setelah terbang selama lebih kurang 2,5 jam gitu deh...Sampe diluar airport kita langsung di serbu berbagai supir angkutan, tapi sumpah, kami tidak ada yang mengerti mereka bicara apa, kedengaran seperti suara yang halus lembut ramai berdenyer-denyer, rata-rata tidak mengerti English, wadow banget dah, sampe akhirnya ada satu yang kita pilih, kebetulan aku tadi sudah menyiapkan receh ringgit yang tersisa, jadi dengan bahasa isyarat campur gaya tarzan, kami menjelaskan kalau mau ke Novotel (40 USD/malam), kami tidak punya Dong (mata uang vietnam) tapi kami punya ringgit segini niy, cukup tidak buat ke Novotel ? Si Supir memandang kami dengan mata membulat dan seperti berfikir gitu, lalu tanpa babibu meraup receh tersebut dari  tangan suamiku, dan dengan pede nya dia bilang ‘..oke oke ‘ sambil memberi isyarat bahwa dia mau ambil mobil taksi nya dan kami disuruh menunggu...Dan suamiku tersenyum puas, lah lah.....piye mas, kok malah senyum seneng gitu ??!! Yakin itu orang supir taksi ? Kalau duit kita dibawa kabur bagaimana, apes banget kan baru sampai di negri orango sudah dikibulin !! Emang siy kalau dirupiahkan cuma sekitar 40 ribuan. Akhirnya kami pun menanti dengan rasa penasaran apakah si supir akan muncul atau menghilang begitu saja. Lima menit berlalu, aku mulai melirik suami sambil mengisyaratkan kata ‘i told you’, dan suami cuma pasrah siap-siap berbahasa tarzan ria lagi...Dan saat baru mau transaksi, siuuut, sebuah mobil taksi berhenti didepan kami. Subhanallah, supir tadi ternyata memenuhi janjinya. Kali ini gantian suami yang melirikku dengan mengisyaratkan kata ‘Suudzon lo !’. Hehe...ternyata di negara berkembang seperti Saigon ini, orangnya masih pada jujur (dan polos), padahal tahu sendiri kan model negara berkembang, persaingan dalam cari duit itu ketat banget, kalau mau mungkin mendingan bawa lari aja itu duit seiprit daripada capek-capek nganterin, duh, aku mencoba membayangkan seandainya ini di Stasiun Jatinegara :p

Perjalanan dari air port menuju novotel sekitar 15 menit, dekat sekali ya, karena airportnya di tengah kota. Kami menikmati perjalanan menuju hotel dalam kesunyian, suami ngantuk, aku sibuk jeprat-jepret sambil mencoba menemukan apakah disini ada masjid seperti perintah suami? Atau mushola aja deh.....Mau siy coba-coba tanya ke pak supir, tapi kayak nya mustahil (heheeh) secara pas aku iseng bilang ke supir  ‘so hot today’, supir nya diam saja, entah tidak mendengar saking khusyuknya menyetir, entah dia sedang bicara dalam hati  ‘emang gue pikirin, gue kagak ngerti lu ngomong ape’. Selintas kulihat lambang bulan bintang kecil menyembul dari bangunan yang berdisain klenteng, pintunya betul-betul berukiran khas rumah ibadah Buddha. Mungkin dulu emang klenteng, tapi udah di ubah jadi masjid karena lebih banyak yang membutuhkan.

Sepanjang jalan terlihat kendaraan yang lebih banyak di dominasi oleh motor, mobil pribadi itu jarang sekali, kalau pun ada ya taksi dan truk. Mungkin inilah salah satu ciri negara berkembang lagi, banyak motor karena lebih sedikit mengkonsumsi BBM, dan di Saigon ini, BBM mahal sekali, kalau dibanding Indonesia yang bisa dibilang murah meriah (BBM tahun 2004, itung sendiri ya :)

Sampai di Novotel, kami mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya  kepada si supir terutama untuk kejujurannya heheeh....tapi maaf, no tips karena sudah ente raup semua !!!

Masuk kedalam hotel kami disambut wanita dan pria keturunan vietnam (ya iyalaaaa), tapi herannya, kok tinggi-tinggi ya ? kan katanya pendek-pendek, trus wanita nya cuantiiiiiiiik banget, mungkin ini yang keturunan  america itu kali ye....sumpah, so pretty !!!

Rencana nya sore ini mau menyambangi pusat kota, melihat Saigon River, tapi terlalu lelah, lagipula shuttle hotel baru ada pukul 6 sore nanti, lumayan kan untuk menghemat pengeluaran transportasi.

Malam pun tiba, setelah seluruh penumpang siap dalam kendaraan shuttle, kami pun diangkut menuju pusat kota, kami berangkat mulur pukul 6.30 karena menunggu turis Prancis (yang sumpeee dee...cantik and guanteng sekali mereka). Kelihatannya mereka sama kayak kami, sama-sama penganten baru gitu loh :p

Ceritanya kami akan diturunkan di Diamond Plaza, jadi percuma kalau aku ngotot minta diturunin di Saigon River, karena rute shuttle nya memang sudah begono, nanti kalau mau pulang, siap-siap lagi di tempat yang sama pukul 9 PM. Perjalanan dari hotel ke pusat kota tidak begitu jauh, mungkin kalau tidak macet sekitar 15 menitan, tapi karena lalulintas padat oleh motor, rada lamaan niy di perjalanan, tapi kesempatan emas liat pemandangan kiri kanan, pokoknya luar biasa deh, kayak yang satu ini, mungkin karena punyanya cuma motor sedangkan anak ada 5 yang mesti diajak semua buat jalan-jalan, jadilah penampakan yang owkeh banget, motor (sejenis bebek, lah, motor apa bebek niy hihihi) yang meluncur dijalan dengan 7 (ulangi TUJUH) orang penumpang, bayangin deh  bentuk susunannya bagaimana tuh ? Tak kasih tau ya, 2 yang agak gede di depan bapaknya yang nyetir, 2 lagi yang agak kecilan di paha kanan kiri ibunya (ibu yang hebat) dan satu lagi yang rada sedengan menempel erat-erat dibelakang sang ibu. Loh ? memangnya tidak dimarahi polisi ??? Nah, kalau soal yang itu kagak tahu ya, tapi yang jelas, di Saigon ini sepertinya hal itu adalah lumrah, mungkin kalau naek motor hanya berdua atau bertiga itu dianggap mubazir. Menurut supir hotel (supir yang ini bisa English), di Saigon ini, mobil hanya dimiliki oleh orang yang sangat kaya saja, jadi kalau naik motor itu sudah kaya lah, dianggap begitu karena mampu mengeluarkan sekitar 3 juta rupiah buat beli motor keluaran China (murrah banget !!!), sisanya naik angkot, sepeda atau kerja pulang pergi jalan kaki (duuuh...jadi sedih). Lagi enak-enak bersimpati ria dalam kemacetan lalulintas, tiba-tiba ada pemandangan aduhai di pinggir taman kota (sudah hampir dekat plaza niy) sekitar belasan atau mungkin puluhan pasangan muda-mudi memarkir motor ditaman kota, duduk berdua di atas motor menikmati pemandangan kemacetan lalulintas kali ye....Di seberang taman ada gereja, namanya Ho Chi Minh City’s Notre Dame Cathedral, rupanya lagi pada baru pulang dari misa dan sekalian malam mingguan gitu loh, tapi ada satu pasangan yang kocak niy, sepasang muda-mudi yang berangkulan di atas motor, cowok nya membelakangi stang motor menghadap ke si cewek, tangan cowok memeluk ke pinggang cewek, tangan cewek memeluk ke leher cowok, trus bibir cowok itu di templok ke bibir si cewek, tapi masalahnya nemplok begitu saja, tidak ada gerakan-gerakan yang you know lah, pokoknya freeze gitu, atau jangan-jangan  itu orang berdua sudah mampus kehabisan nafas  akibat porno aksi yang aneh. Kami satu mobil seperti  menahan nafas menyaksikan adegan itu, dan penasaran mau lihat kelanjutannya, mobil melaju perlahan menjauhi target tapi kepala semua penumpang kecuali supir (kesian deh pak supir) kompak  menoleh ke kanan dan terus berputar sampai 180 derajat, dan bener-bener begitu saja, sampai menghilang dari pandangan kami. Lucunya, kedua turis Prancis  yang cekikikan paling kencang sambil berbisik-bisik pakai bahasa Prancis, yang aku berani bertaruh kalau mereka berdua bilang begini, ’Duh, sini deh kite ajarin french kiss biar enak liatnya gitu looooo...”.

Sampai di depan Diamond Plaza yang kata pegawai hotel nya kayak mol itu, aku celingak-celinguk, mane plaze nye ?? Itu, tunjuk suamiku pede. Hah ?? Gedean juga Arion di Rawamangun. Iseng kutanya ke supir hotel itu, ada yang lebih gede lagi ga?. ”No mam, this is the biggest in this town !!” promosinya bangga, oke deeee….kapan-kapan mampirlah ke Jakarta….

Aku paling malas kalau mesti ke shopping center kayak plaza begini, secara yang kayak ginian di Jakarta mah pusatnya :p, tapi mau tidak mau memang mesti kesini, karena kami harus menukar Dolar dengan Dong, tadi ketika mau menukarnya di hotel ternyata lagi kosong (kok kosong siiiiiiiiiiy).

Tanya sana-sini, akhirnya ketemu juga money changer nya yang nyempil dan tempat nya mirip loket karcis bis damri di airport, sempit sekali, bukan dalam satu ruangan tersendiri, tapi sistemnya jadi cepat  sekali, set set set...selesai....

Namanya kalau sudah masuk tempat belanja, mulai deh tergoda, kebetulan mataku menangkap setrika mini yang aku tahu banget di Jakarta harga nya sekian, kok disini cuma sekian ?? Iseng lihat-lihat harga barang elektronik lainnya, waduh, bener mak, disini jauh lebih murce !!! Kata mereka barang-barang ini di import langsung dari Jepang, Korea, China, trus bea cukai nya ga malak gede-geda amat, jadilah barang berkualitas ini berharga murah. Okeh mas, sebagai kenang-kenangan, aku mau setrika mini merk philips yang murah ini, bisa uap pula,  oh senang nya !!! Tapi, pas kami bayar,’No..no...no...’ kata pelayannya sambil menyodorkan kembali uang kami. Apa nya yang No No mba ?! Kite kagak bole beli setrika niy ?? Dan parahnya si pelayan kayaknya cuma mengerti english sebatas no dan yes doank. Akhirnya, ku tunjuk duitnya, dia bilang  No, hhmmm, kukeluarkan duit Dong lainnya, baru dia bilang Yes sambil tersenyum. Idih, apa bedanya mba, Dong Dong juga, kenapa mesti yang ini, yang tadi kenapa? Lalu dia menunjukkan blue light sensor uang palsu, Ya Allah….maksud lo, kami dikasi duit tukeran palsu tanyaku tanpa sadar pakai bahasa Indonesia, dan anehnya dijawab Yes oleh pelayan itu (rupanya dia lebih mengerti bahasa Indonesia daripada English hehehehhe) Mendidih banget rasanya ketika tahu dikibulin, baru beberapa jam yang lalu kami puji-puji sebagai bangsa yang jujur, eh, sudah ada saja yang ngibulin, kami cek semua duit Dong yang kami tarima tadi, ternyata cuma 1 itu saja yang palsu, Subhanallah, beruntung banget ketika membayar ke ambil yang palsu, jadi langsung ketahuan, Allah benar-benar melindungi kami. Selanjutnya, semangat 45 ku datangi loket money changer tadi, ups!! Kok orangnya sudah ganti ¿ Tadi cewek dan cowok, tapi sekarang cowok doang, pakai kemeja dan berdasi, lagi duduk dengan santainya sambil mendengarkan musik dari walkman, matanya merem lagi, kesal kugebrak saja loketnya, harus pakai gaya galak niy, biar dia keder duluan, cowok itu kaget, buka mata dan langsung pasang muka yang seolah-olah bertanya ‘ape lu?’ secara muka orang Vietnam itu rata-rata tampak kaku-kaku, seperti tidak biasa senyum, tapi ramah-ramah loh, jadi, mukanya tegang gitu kayak marah tapi bingung. Sambil mengacung-ngacungkan uang Dong palsu, ku bombardir dia dengan kata-kata mutiara, eh, ku kira dia bakal bela diri panjang lebar sambil ogah mengembalikan uang kami, ternyata, dengan gaya malas-malasan tanpa kata-kata niy, dia ambil duit Dong palsunya dan langsung kami di beri Dong yang baru, seolah-olah hal biasa aja, sepertinya dia lebih kesal karena terganggu mendengarkan musiknya daripada gagal menipu. Kami pun langsung kembali ke cashier tadi sekalian menumpang periksa Dong ini, dan asli. Jadi waspadalah terhadap yang berdasi, daripada yang berkaus lusuh J

Dari Plaza kami memutuskan ke Saigon River dengan menggunakan taksi. Kami mau merasakan malam mingguan di Saigon River, duh, jadi ingat film Miss Saigon. Kesulitan bahasa kembali mencekam kami, berkali–kali kami katakan kami mau ke Saigon River, tapi supirnya tetap pasang muka bingung seolah tak terbayangkan apakah Saigon River itu, sampai hopeless deh, padahal sudah duduk dalam taksi nya, terpaksa turun lagi, tapi aku teringat tadi sempat bawa majalah hotel yang berbahasa english-vietnam, buru-buru kukeluarkan dari tasku sambil memberi isyarat ke supir ‘harap tunggu’, kubalik-balik halaman majalah tersebut berharap menemukan tulisan Saigon River, dan bingo !! Puas, kutunjukkan kreatifitasku pada si supir, bahwa kami mau kemari, dan oh Tuhan….akhirnya dia mengerti sambil mengucapkan “Oke, Saigong rava ¡” Kami berdua hanya bisa saling berpandangan dan tersenyum lemah.

Karena gangguan bahasa, saat membayar taksi pun kami terpaksa menggunakan cara menyusun uang seperti mau main kartu, dan mempersilahkan sang supir mengambil sendiri sesuai harga, kebetulan karena jarak tempuh nya dekat jadi tidak pakai argo, ah, negara berkembang sekali. :p

Sepanjang Saigon River ini cukup ramai, tapi sayang, lampu penerangan sekitar sungai sangat minim, jadi gelap bo, tidak bisa melihat apa-apa, hanya di tengah sungai yang tampak kapal-kapal sejenis tongkang berlayar perlahan bermandi cahaya, konon (hehhe) isinya ádalah orang-orang yang sedang menikmati diner ditengah sungai, bea nya pun murah, 200.000 Dong, yang berarti hanya 100 ribu rupiah saja. Makanannya seafood dengan udang lobster yang yamow banget katanya ¡! Tapi kami tidak mau menjajalnya karena tidak yakin masalah halal atau tidaknya, syubhat gitu loh. Sedari tadi kami hanya mengisi perut dengan roti tawar, teh kemasan, dan air mineral tentu saja. Lagipula, kami sudah membawa bekal sendiri dari Indonesia, berupa mie gelas 3 bungkus besar isi 6, dan 2 kotak dodol garut, lumayan nampol. Buat perjalanan ke daerah yang belum jelas makanan nya, jangan lupa, bawalah mie gelas heheheh....

Pulangnya, biar romantis, kami naik becak, sebenarnya mau naik taksi siy, tapi kami terpesona dengan tukang becak satu ini, dia menyapa kami dalam english, ”good night Mister, good night Mam !’ (jadi pengen bobok....) Memang siy spell nya tidak oke, tapi bisa tercipta komunikasi antara kami, yang jelas, kesimpulan awal bahwa disini tukang becak lebih pintar komunikasi daripada supir taksi. Dengan english terpatah-patah dia menawari kami untuk keliling kota Saigon (yakeeeeen), dan karena kasihan campur kagum, kami langsung menerima tawarannya, keliling Saigon ini maksudnya ngider sepanjang sungai, harganya pun murah sekali, 20 ribu Dong saja !! Kalau mau kenceng-kencengan menawar, bisa lebih murah lagi, karena jadi abang becak disini persaingannya ketat, seperti Jogja gitu deh. Tapi janganlah ditawar, kasihan boo...Kami saja akhirnya membayar 40 ribu Dong, karena model becak Saigon ini hanya untuk muatan satu orang, tapi si abang becak dengan senang hati memaksa kami untuk naik berdua yang terpaksa umpel-umpelan dalam becak. Sambil menguji english si abang, kami akhirnya tahu kalau dia bernama Tang. Oh, kuat donk heheh....”What’s the meaning of Tang?’ tanyaku serius, tapi tidak dijawab, mungkin pelajarannya belum sampai kesana, oke laaa...Tapi niy orang bener-bener abang becak yang professional deh, sambil mengayuh beca dengan semangat 45, niy abang (yang mungkin bercita-cita jadi tour guide) menjelaskan kegiatan sepanjang Saigon River,  kalau malam tidak terlalu ramai, siang sepi, yang ramai kalau sore, liat sunset, tapi sunsetnya ’not oke’, ya iya lah pak, wong sungai bukan laut gitchu. Lalu si bapak menawarkan, apakah mau ke returong? Excuse me, what’s that? Returong? Sejenis apaan tuh? Makanan? Apa tempat wisata? Penasaran kami jawab saja ’where..show...show...’ Lalu kami meluncur sejenak, dan, ”itu” katanya dengan semangat, yang  mana pak? Becak kami diparkir santun di depan sebuah Restoran Vietnam yang remang-remang, si abang memandang kami sambil mencungkan kedua jempol tangan nya. Ooooo, Restoraaaaaaaaan, inilah akibat sisa-sisa penjajahan Prancis, kembali kami berdua saling memandang sambil tersenyum lemah.

Sebenarnya si abang menerima tawaran ku untuk mengantar kami pulang ke hotel dengan becak nya, tapi tiba-tiba suami pengen cepat sampai di hotel,  jadi kami memilih pulang mengendarai taksi, tapi ku bilang ke si abang , bahwa besok kami pindah ke hotel New World di dekat sini, tunggu  besok sore di depan hotel karena aku mau keliling pusat kota Saigon lagi, dia mengangguk semangat.

Sampai di hotel terlihat kok lebih ramai dan meriah, ada apakah gerangan? Wah, ternyata ada pesta pernikahan, makin malam makin heboh saja, suasana nya dibangun se eropa mungkin, pemain musik yang menghibur para tamu hanya menggunakan alat musik biola dan cielo, romantis banget, bener-benar Prancis, secara Saigon memang pernah dijajah Prancis. Para tamu undangan duduk di meja bundar yang bermuatan 8 orang. Meja nya ada sekitar 30 an (tidak sempat menghitung) dengan hidangan yang serupa untuk masing-masing meja, ditengah meja ada tempat lilin yang khas eropa itu, indah sekali. Ball room Novotel ini ternyata luas dan megah juga ya. Bisa dibilang pesta yang mewah untuk ukuran Saigon, mungkin pengantinnya sudah menabung habis-habisan, atau jangan-jangan ini pesta pernikahan salah satu anak orang terkaya di Saigon !! Tapi yang kasihannya atau memang sudah tradisi, pengantinnya yang berbusana laksana pangeran dan cinderella berdiri di depan pintu didampingi orang tua masing-masing untuk menyambut langsung setiap tamu yang datang (tuan rumah yang baik), jadi tidak ada yang miss, sampai kami pun di kira tamu karena tidak sengaja kami masuk jalur yang salah, terhipnotis oleh pemandangan indah eropa neo-klasik, mau tidak mau membuatku kepingin jeprat-jepret.

Kesokan harinya, kami pindah ke New World hotel (950 USD/malam), salah satu hotel berbintang 5 di Saigon. Cari hotel murah disini rada susah, mungkin ada tapi tak layak, bisa ditanyakan di travel agent setempat. Dari hotel ini cukup berjalan kaki sekitar 5 menit ke pusat perbelanjaan tradisional Saigon yang sangat ternama, Cho Ben Thanh Market. Pasarnya kira-kira sebesar Pasar Jatinegara Jaktim, bedanya, di sini tertata rapi sekali, jarak antara masing-masing stand  sekitar 1,5 meter, pokoknya lega, sedang jalur utama nya berlebar 3 meter. Toko ini tumplek semuanya, dari yang jual ikan, sayur-mayur, buah, makanan cemilan, makanan berat, pakaian, kosmetik, tas-tas etnik (aku beli banyak buat oleh-oleh, karena murah dan cantik-cantik !!!), peralatan dapur dari kayu dan batok, suvenir khas Vietnam, semua jadi satu, tapi karena bersih dan rapi, jadi tidak bau dan kita nyaman berbelanja di dalamnya. Sistem tawar-menawarnya pun lucu, tadinya aku memilih mau melihat-lihat saja, karena lagi malas kalau tanya-tanya atau tawar-menawar pakai bahasa tarzan. Ternyata, kita tak perlu capek-capek buat ngomong guys, karena mereka sudah bisa mengatasi semua kendala itu, cukup dengan kalkulator !! Nah, jadi bagi yang berminat pada suatu barang, cukup ketikan angka harga (dalam Dong) di kalkulator itu, nanti kalau dia setuju tinggal mengangguk saja, tapi kalau tidak, dia akan mengetikan harga yang dia inginkan, nah, kalau kita juga belum sreg, ketik lagi, terus begitu, main pencat-pencet saja sampai deal heheheh.....

Sebelum menemukan toko ’mendadak langganan’, aku sempat mampir ke sebuah toko yang menjual tas  (menurutku) cantik sekali, saat mau meraih tas itu, tiba-tiba pelayannya yang bertubuh pendek langsing memakai kaus you can see, menjerit !! Loh, aku menarik tanganku karena kaget, tapi setelah itu ku coba meraih tas itu lagi, dan pelayan itu menjerit lagi, kulihat pelayan itu membuang muka sambil berbicara dalam bahasa vietnam ke  temannya yang menatapku aneh sedari tadi. Memang siy, aku kan   pake jilbab, jadi, sejak dari masuk ke gerbang toko ini, semua mata memandang ke arah ku, tatapannya macam-macam, ada yang ingin senyum tapi malu, ada yang menatap kaku, ada yang menatap dengan muka yang seolah bertanya-tanya ”makhluk apa ini ????”  Jadi, untuk membuktikan bahwa pelayan yang menjerit tadi alergi denganku, sekali lagi ku coba meraih tas tadi dan kini benar-benar kupegang, tahu-tahu, pelayan itu menjerit-jerit histeris, jongkok dilantai sambil menggoyang-goyangkan badannya seperti anak kecil  minta dibelikan sesuatu tapi tidak dikabulkan. Langsung kulempar tas itu keatas dagangannya dan sambil senyum-senyum kutatap pelayan malang itu. Okeh, wajarlah, kalian memang masih terbelakang (maaf ya), tapi please donk, ini jilbab, bukan pocong !!!! teriak ku dalam hati.

Aku berlalu ke toko yang lain, ya Allah, taplak meja nya dari sulaman hand made, indah sekali dan murrraaaaaaah, lalu ke bunga-bunga plastik buat dirangkai, itu juga murah banget !! Malah kebangetan murahnya karena bunganya bagus-bagus sekali !!! Akhirnya setelah menyambangi isi pasar, sampailah ke toko yang pelayannya ramah sekali dan akhirnya menjadi toko mendadak langganan itu, tas sulam hand made yang dijualnya pun indah-indah, setelah main pencet-pencetan kalkulator, sepakat deh beli tuh tas hand made buat oleh-oleh dengan harga yang lagi-lagi murah...keterlaluan deh, bikin kalap !!!

Lalu aku membeli satu gaun panjang Ao Dai berwarna putih, gaun khas vietnam, yaitu setelan celana panjang dengan baju panjang sisi samping terbelah anggun seharga 250 ribu Dong.

Puas, aku pulang ke hotel dengan menenteng aneka kresek yang berwarna-warni berisi belanjaan, ini kerennya, kalau di Indonesia saat itu aku belum menemukan ada kresek belanjaan warna-warni terang seperti ini, paling kalau tidak warna  hitam ya putih, atau yang berwarna tapi transparant dan mudah robek, jadi, boleh lah aku norak sedikit dengan membawa pulang kresek-kresek yang beraneka warna sekedar kenang-kenangan :p

Sore nya sekitar pukul 3, aku bersiap keliling Saigon lagi dengan si abang becak, tapi si abang belum nongol, jadi aku putuskan untuk  muter-muter sendiri dengan  berjalan kaki, tapi ada satu kendala, selama ini kupikir aku cukup pintar untuk menyebrang jalan sendiri, ternyata disini, terpaksa aku menggunakan jasa polisi untuk menyebrang jalan, gimana enggak ya, susaaaaaaaaaaaaah banget mau menyebrangnya, motor-motor yang melintas seolah-olah tidak mempunyai rem, jadi kalau sudah meluncur pantang berhenti, mungkin itulah mottonya.

Aku melintasi ruko-ruko di tengah kota ini sambil jeprat-jepret. Sepanjang ruko-ruko yang khas oriental tampak bergelantungan lampion-lampion kecil berwarna merah yang di pasang seolah-olah ingin menghubungkan ruko-ruko yang berseberangan, indah dan tertata. Jangan heran kalau banyak biksu berseliweran dan dapat makan gratis. Lalu disini juga ada pemotongan kuku, kikir ples kuteks yang dilakukan oleh pedagang keliling. Jadi seandainya lagi jalan-jalan niy tiba-tiba merasa kuku ini kepanjangan, tidak rapi, atau kepingin pakai kuteks, tinggal panggil saja seperti memberhentikan tukang sol sepatu yang lewat depan rumah, tempat peralatannya pun mirip tempat peralatan tukang sol sepatu keliling. Namun yang  bikin tidak tega ketika melihat  si tukang potong kuku lagi memotongi kuku kaki, duh, adegan nya kayak hamba sahaya dan majikan banget. Si tukang bekerja dengan serius sambil mengelap itu kaki yang diletakkan di atas boks biar yang kerja dapat posisi ergonomi dan yang lagi dirapikan kuku nya berdiri tegak,  kadang sambil berkacak pinggang,  bisa sambil ngobrol, atau ngupil heheheh....

Disini juga banyak peminta-minta, yang dikerahkan anak-anak kecil bermuka polos, dekil, tapi sebenarnya mereka cantik-cantik, rasanya ada satu yang ingin ku ambil dan  bawa ke Jakarta. Tapi tak di Jakarta tak di Saigon, kalau kita memberi satu anak, maka anak-anak lain yang tak tahu muncul entah darimana akan menyerbu kita, mendadak beken niy dikerunbungi, sampai-sampai aku perlu bantuan 1 biksu untuk menyingkirkan fans dadakan ini... Tengkyu Mr. Biksu.

Pulang ke hotel, langit sudah  mulai gelap, si abang becak ternyata tak muncul jua, yo wes, malam ini aku mau istirahat sambil packing oleh-oleh, rencananya aku mempercepat kepulanganku karena ada keperluan penting !! Jadi rencana untuk mengunjungi menara Po Nagar Cham berusia 1200 tahun, Pagoda dengan Patung Buddha Putih raksasa dan Kuil Lon Son terpaksa dibatalkan. Memang siy, menara ini ada di Nha Trang, tapi jarak tempuhnya hanya 11 jam dengan kereta api yang tempo doeloe itu . Pokok nya gampang dan harga kereta hanya 30 USD, hotel di Nha Trang juga banyak yang murah sekitar 25-40 USD. Namun yang paling menyedihkan, aku tidak bisa mengunjungi obyek wisata wajib di Saigon, Terowongan Viet Cong !! Suamiku yang sempat kesana (kebetulan dia tugas jadi tidak pulang bersama ku) dan dia berlayar sendiri naik perahu sepanjang sungai Saigon di sore hari.

Pagi pukul 5.30 aku sudah keluar hotel dengan mengenakan gaun aodai, berusaha menyelami peran sebagai miss saigon niy hihihih...Mengapa wanita saigon rata-rata slim ? Ternyata mereka punya minuman wajib, semacam jamu yang pahitnya tidak ketulungan dan harus mereka minum setiap pagi, ini info yang kudapat dari pedagang tas mendadak langganan ku itu, karena aku bingung, kok dia agak kurang slim(ehem) ternyata dia ogah minum ramuan itu karena pahit banget !! Suasana pagi di Saigon ternyata lebih kurang sama seperti di Jakarta. Di depan hotel ku ada taman kota, disana cukup banyak orang-orang dewasa yang berolah raga, lari keliling taman atau jalan santai, ada yang duduk sambil baca koran, tapi ada juga yang niat main bulu tangkis. Salahnya, kenapa main bulu tangkisnya di jalur pejalan kaki mba, kite mau lewat jadi susye niy, salah-salah kena smash.

Tampak juga ibu-ibu yang sudah tua bertopi kerucut (caping) memanggul keranjang berisi bunga-bunga segar untuk dijual, waduh, metik dimana tuh, ada juga pedagang bunga yang mengendarai sepeda, kalau difikir-fikir, kebanyakan lihat wanita yang bekerja, dan konon, memang perempuan vietnam nya yang di suruh dan rajin pula bekerja, sedangkan laki-laki nya hanya bermalas-malasan sambil nyeruput teh, ih, ga tau malu. Tapi, abang becak langganan ku kan laki-laki, jadi jangan menggeneralisir kali ye....

Sarapan pagi di Saigon ternyata tersedia komplit di pinggir ruko-ruko yang masih tutup, mereka bersaing sehat dengan menggelar meja dan kursi-kursi kecil untuk para tamu yang makan, seperti perabotan anak-anak gitu deh. Penikmatnya laki-laki dan perempuan yang mungkin pegawai kantoran atau mahasiswa, yang dimakan itu sepertinya hanya sup berisi sayuran sejenis caisim, lalu dimakan dengan nasi putih saja semangkuk kecil berdiameter 10 cm. Mereka tampak makan dengan lahap, tidak tambah, sudah, cukup seporsi saja dan siap bekerja, bangsa yang kuat.

Sekitar pukul 7 aku balik ke hotel untuk sarapan, dan tak disangka si abang becak muncul sambil semyum-senyum, kemane aje bang !!! Kujelaskan ke dia kalau aku mau sarapan dulu, jadi tunggu disini jangan kemana-mana. Hari ini aku mau sarapan yang rada serius, maksudku serius dalam arti kata, aku makan 5 croissant polos, aku masih ragu mau makan yang lain, dan so pasti, ini dia, dragon fruit !! Setiap hari setiap saat, aku nyemil niy buah, asem-asem manis segar, ibarat pepaya di Jakarta,  buah ini seperti tidak ada artinya, kalau beli satuan cuma 1000 Dong. Wow, di Jakarta masuk mol 1 biji sudah 15 ribu kalleee !!! Aku pengennya siy beragrowisata ke kebun dragon fruit, tapi yaitu tadi, tidak sempat !!

Kelar sarapan langsung cabut dengan Mr. Tang, pertama aku mau memotret Saigon River, mumpung cuaca cerah, lalu dengan sukarela si abang motretin aku di tempat-tempat yang menurutku keren untuk diabadikan (benar-benar multi talenta deh niy abang :) seperti Ho Chi Minh City’s Notre Dame Cathedral, gedung keren bergaya neo-klasik Prancis yang dijadikan kantor pemerintahan, Museum kejahatan Perang Amerika, semuanya jadi latar doank, jadi maaf kalau aku tidak bisa menceritakan suasana di dalamnya. Lalu ke Kantor Pos Saigon, aku sempat masuk ke sini beli prangko dan terlihat peta negara vietnam dahulu kala ples jalur gerilya viet cong yang terpajang di dinding dalam gedung, besarnya kira kira 1 x 2 meter, tampak juga foto Paman Ho bapak kemerdekaan bangsa Vietnam panggilan akrab Ho Chi Minh yang tidak kalah besar,  kira-kira 1 x 1,5 meter, ini toh pendiri  Ho Chi Minh City 1976. Lanjut keliling lagi dan sempat lihat kuil yang rada gede n syerem (namanya tidak tahu), mau masuk tapi ragu, secara penampilan ku kontras banget, jadi kuputuskan tidak jadi masuk kuil, katanya sebagian besar patung Buddha dibuat dari papier mache beton, beda dengan yang di negara lain, di sini patungnya di cat merah muda lembut yang terang dan jubah nya di cat warna keemasan yang berkilau (baca di brosur heheh). Sebagian besar kuil tampak cerah dengan warna kuning jreng dan merah treng !! Untungnya diberi aksen biru jadi terlihat sangat amazing, sangat khas.

Cukup sudah perjalananku, aku harus balik ke hotel untuk  packing terakhir karena sore ini aku harus pulang ke Jakarta. Dan amazing nya, ternyata si abang becak punya buku keramat yang berisi komentar atau kata kenangan dari semua turis yang pernah diangkutnya, subhanallah, benarkah ini abang becak ??? Kubaca-baca isi buku tersebut sebelum menuliskan kata-kata mutiaraku, surprise, hampir semua turis dari belahan dunia ini pernah diangkutnya, malah katanya ada yang memberinya kamus bahasa Inggris yang komplit untuk dia, pantesan yang ini abang becak nya rada pinteran, ternyata rajin baca kamus, sosok penampilannya yang kurus, dengan tinggi tidak lebih dari 160 cm, kulit hangus terbakar, pipi kempot, raut wajah letih oleh waktu  benar-benar memberikan kesan tersendiri bagi ku, tapi bisa dibilang abang ini tertutup, karena dia tidak mau menceritakan tentang keluarga atau dimana dia tinggal. Kutuliskan pesan dalam 2 bahasa, Indonesia dan Inggris, isinya lebih  kurang mendo’akan semoga dia dan keluarga serta keturunannya mendapat hidayah ples bisa hidup bahagia. Bagi dia, aku merupakan turis teristimewanya, katanya baru kali ini ngangkut perempuan yang berbusana aneh, loh, turis arab emangnya ga pake kerudung ??? Lalu si abang memberiku kenang-kenangan berupa selembar uang seribu rupiah. Katanya, dia dulu dibayar pakai uang ini, tapi ternyata tidak bisa ditukar di bank jadi buat mam saja, ya iyalah, cuma seceng gitu, tega banget tu orang (belum jelas apa bener yang ngasih orang Indonesia atau turis asing yang punya sisa rupiah), malu-maluin gue aje....

Tribute to antologi Jilbab Traveler @ 2008

 

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Photobucket - Video and Image Hosting

our second Life
Daisypath Ticker

Daisypath Wedding PicDaisypath Wedding Ticker